MAKALAH
ASKEB V
PENANGGANAN
KEGAWATDARURATAN PADA KASUS PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN TM 3 DAN RUJUKANNYA
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
1
1.
IIS
SHOLIHAT (13211351)
2.
UTARI
VISKANANDA PUTRI (13211383)
3.
HENDRIYANI
(13211350)
4.
LIDIA
SUSANTI (13211354)
5.
VISKY
AFRINA (13211386)
DOSEN
PEMBIMBING :
DEVI
SYARIEF S,SI.T M.Keb
STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI
DIII KEBIDANAN
2014
/ 2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,karena atas rahmat, taufik serta
hidayahNya,kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah tentang “Penangganan
Kegawatdaruratan Pada Kasus Pendarahan Dalam Kehamilan Tm 3 Dan Rujukannya”
Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah askeb v.
Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai askeb
v.
Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita semua.
Padang , februari 2015
Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
latar
Belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih tinggi yaitu
359 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk
menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di
indonesia saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan,
preeklampsi-eklampsi dan infeksi. Pedarahan sebelum, sewatu, dan sesudah
bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran
atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Perdaran antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur
diatas 20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah
perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi
umur 22 minggu atau bert janin diatas 500 gram. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan untuk melakukan perawatan intensif terhadap janin sudah lebih baik. Perdarahan
25%, infeksi 14%, hipertensi 13%, aborsi 13% dan persalinan lama 15% apabila
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN dan negara-negara maju maka angka
kematian ibu maternal di indonesia adalah berkisar 3-6 kali lebih besar dari
negara-negara ASEAN dan lebih dari 50 kali angka kematian ibu di negara maju.
Perdarahan antepartum yang berbahaya bersumber pada
kelainan plasenta yaitu plasenta previa dan solusio plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan servik biasanya tidak terlalu bahaya. Oleh karena
itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi: plasenta previa,
solusio plasenta, kelainan insersio tali pusat dan sirkumvalanta.
Dari kasus diatas penulis tertarik untuk membahas
teori tentang perdarahan antepartum pada trimester III.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
defenisi dari perdarahan antepartum?
2. Apa
penyebab terjadinya perdarahan antepartum?
3. Bagaimana
penanganan yang tepat untuk perdarahan antepartum pada trimester III?
1.3 Tujuan
1. Mampu
mengetahui defenisi perdarahan antepartum
2. Mampu
mengetahui penyebab terjadinya perdarahan antepartum
3. Mampu
mengetahui penanganan yang tepat untuk perdarahan antepartum pada trimester III
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada kehamilan berumur diatas 20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan
perdarahan antepartum adalah perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu,
tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau bert janin diatas 500 gram.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk melakukan perawatan intensif terhadap
janin sudah lebih baik.
Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab utama
kematian maternal dan perinatal, berkisar antara 35-45%, khususnya di negara
berkembang. Dapat dikemukakan bahwa kematian yang disebkan perdarahan post
partum sekitar 4x lebih besar daripada perdarahan antepartum. (Manuaba.dkk,
2007).
Perdarahan per vagina ringan lazim terjadi pada
persalinan.seperti Bloody show, yang merupakan dampak dari pendataran dan
pembukaan serviks,disertai robeknya pembuluh – pembuluh kecil. Namun perdarahan
uterus yang timbul dari bagian atas servik merupakan hal yang mengkhawatirkan.
Seperti perdarahan uterus yang terjadi setelah pemisahan plasenta yang
berimplantasi di dekat kanalis servikalis uteri yaitu plasenta previa.
Perdarahan uterus yang terjadi akibat pemisahan plasenta yang terletak ditempat
lain dikavitas uteri yaitu solusio plasenta. Kadang-kadang terjadi kelainan
insersi pada tali pusat dan plasenta sirkumvalata.
2.2 Etiologi
2.2.1
Kelainan insersi tali pusat
Kelainan insersi tali
pusat adalah kelainan yang terjadi pada penanaman tali pusat di plasenta.
1. Kelaianan
insersi tali pusat dapat dibagi menjadi :
a.
Plasenta battledore
Adalah tali pusat yang
berinsensi di tepi marginal plasenta menyerupai plasenta previa dapat
menyebabkan perdarahan antepartum dan menyebabkan prematuritas.
b.
Insersi velamentosa
c.
Adalah tali pusat yang berinsersi jauh
di luar plasenta, yaitu di daerah membran atau selaput janin sehingga darah
umbilikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta
Bahaya insersi
vilamentosa :
1. Pembuluh
darahnya tidak terlindungi oleh jelly Wharton.
2. Jika
pembuluh darah insersio vilamentosa melewati kanalis servikalis , disebut vara
previa.
3. Bahayanya
jika ketuban pecah disertai pembuluh darah yang robek akan menimbulkan trias
insersio vilamentosa :
a) Ketuban
pecah
b) Diikuti
perdarahan berwarna merah segar
c) Diikuti
dengan tanda vetal distres pada janin
d) Jika
terjadi pembukaan kecil tanpa mendapatkan pertolongan yang adekuat akan
menyebabkam kematian janin dalam uterus.
d.
Vasa previa
Tali pusat yang tidak
berinsersi pada jaringan plasenta dan menyebabkan pembuluh darah yang berasal
dari insersio velamentosa dari tali pusat melintasi kanalis servikalis sehingga
saat ketuban pecah, pembuluh darah yang berasal dari janin ikut serta pecah.
Vasa previa mirip dengan plasenta previa, sehingga untuk membedakannya
dilakukan tes dengan menggunakan NaOH 0,25%, sehingga terlihat perubahan warna
cairan ketubaan. Jika cairan ketuban berwarna kuning kecoklatan berarti berasal
dari ibu, dan jika berwarna merah berarti berasal dari haemoglobin janin.
Darah
yang keluar dari pecahnya vasa previa berasal dari vena dan arteri umbilikalis,
sehingga seluruhnya berasal dari janin dan warna darahnya merah segar yang kaya
O2dan nutrisi.
2. Penanganan
kelainan insersi tali pusat
Segera lakukan secsio
cesarea.
2.2.2
Plasenta sirkumvalata
Plasenta
sikumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat
cincin Putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari vili yang tumbuh kesamping dibawah desisua. Di
duga bahwa korion frondosum terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan, vili
menyerbu kedalam desidua diluar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak
jarang terjadi insidensinya lebih kurang 2-18%.
Penanganannya
1.
jika kehamilan terjdi perdarahan
intermitten dan belum terjadi abortus
ibu disarankan untu beristirahat total untuk mencegah terjadinya abortus
2.
jika sudah terjadi abortus, lakukan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang
berwenang dalam hal ini, seperti dokter untuk mencegah perdarhan yang dapat
mengancam nyawa ibu
3.
jika mengakibatkan solusio plasenta,
lakukan penanganan seperti pasien solusio plasenta tapi jika terjadi perdarahan
hebat, lakukan persalinan segera (secsio cesarea). SC ini dilakukan jika :
a. janin
hidup, gawat jani, tapi persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan
b. janin
mati tapi serviks tidak memungkinkan untuk persalinan pervaginam.
2.2.3
Solusio plasenta
1. Pengertian
Solusio
plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
sebelum anak lahir. Defenisi ini berlaku dengan masa gestasi di atas 22 minggu
atau berat janin diatas 500 gram.istilah solusi plasenta juga dikenal istilah
abruptio plasenta atau separasi prematur dari plaseta. Plasenta dapat lepas
seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian atau
yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas sebagian kecil pinggir
plasenta yang sering disebub ruptur sinus marginalis.
2.
Penyebab
Penyebabnya belum diketahui keadaan
berikut merupakan faktor predisposisi atau pemicu timbulnya solusio plasenta
yaitu:
a. Hipertensi
esensialis atau hipertensi primer
b. Tali
pusat pendek
c. Trauma
eksterna
d. Tekanan
oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
e. Usia
lanjut
f. Multi
paritas
g. Defisiensi
asam folat
3.
Penanganan
Tergantung
dari berat ringan nya kasus pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat
,pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan
berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur,penderita dimobilisasi. Selama
perawatan dilakukan pemeriksaan HB,fibrinogen,hematokrit dan trombosit.
Pada
solusio plasenta sedan dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi
renjatan,memperbaiki anemia,menghentikan pendarahan dan mengosongkan uterus
secepat mungkin.
Penatalaksanaanya
meliputi :
a. Pemberian
tranfusi darah
b. Pemecahan
ketuban
c. Pemberian
infus oksitosin
d. Kalau
perlu dilakukan secsio sesarea
Secsio sesar dilakukan
bila :
1) Persalinan
tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam
2) Perdarahan
banyak
3) Pembukaan
tidak ada atau kurang 4 cm
4) Panggul
sempit
5) Letak
lintang
6) Preeklasi
berat
2.2.4
Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluu atau
sebagian dari ostium uteri internum.
Penyebab plasenta
previa belum jelas diketahui
Penangganan
a. penangganan
konservatif
dilakukan bila :
1) kehamilan
kurang 37 minggu
2) perdarahan
tidak ada atau sedikit (Hb dalam batas normal)
3) belum
ada tanda inpartu
4) keadaan
umum ibu cukup baik
5) janin
masih hidup
6) tempat
tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit)
penanganan konservatif
berupa :
1) istirahat
2) memberikan
sulfas ferosus per oral 60 mg selama 1 bulan untuk mengatasi anemia
3) memberikan
antibiotik bila ada indikasi
4) pemeriksaan
USG, Hb, dan hematokrik.
5) Bila
selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap.pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan.bila timbul perdarahan segera bawa kerumah sakit dan tidak boleh
melakukan seggama.
b. Penanganan
aktif
Dilakukan bila :
1. Perdarahan
banyak tanpa memadang usia kehamilan
2. Umur
kehamilan 37 minggu atau lebih
3. Anak
meninggal
Penanganan
aktif berupa :
1. Rencanakan
terminasi kehamilan jika :
a) Janin
matur
b) Janin
mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali)
c) Pada
perdarahan aktif dan banyak segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
maturitas janin.
2. Juka
terjadi plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sedikit,
persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, dilahirkan dengan seksio
cesarea.
3. Jika
persalinan dengan SC, dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta, lakukan
tindakan :
a) Lakukan
penjahitan ditempat perdarahan
b) Pasang
infus oksitosin 10 intra unit dalam 500 ml cairan intra vena (NaCL atau RL)
dengan kecepatan 60 tpm.
4. Jika
perdarahan terjadi pada pasca persalinan, lakukan penanganan yang sesuai
seperti ligasi arteri atau histerektomi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 20
minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah perdarahan
setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu
atau bert janin diatas 500 gram
Perdarahan
antepartum yang berbahaya bersumber pada kelainan plasenta yaitu plasenta
previa dan solusio plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta seperti kelainan
servik biasanya tidak terlalu bahaya. Oleh karena itu, klasifikasi
klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi: plasenta previa, solusio plasenta,
kelainan insersio tali pusat dan sirkumvalanta.
3.2
Saran
Bagi mahasiswa DIII kebidanan dapat
menjadikan makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai penanganan kegawatdaruratan
pada kasus perdarahan dalam kehamilan TM III dan rujukannya dan bagi para
pembaca dapat menambah pengetahuannya mengenai pembahasan ini. Diharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Cunning,dkk,2009,obsetri wiliam ,EGC :
jakarta
·
Manualba,dkk,2007,pengantar kuliah
obsetri ,EGC : jakarta
·
M3 ,asuhan kebidanan iv patologi
,yapindo jaya abadi : jakarta