Minggu, 31 Mei 2015

PENANGGANAN KEGAWATDARURATAN PADA KASUS PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN TM 3 DAN RUJUKANNYA


MAKALAH ASKEB V
PENANGGANAN KEGAWATDARURATAN PADA KASUS PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN TM 3 DAN RUJUKANNYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1.    IIS SHOLIHAT                                      (13211351)
2.    UTARI VISKANANDA PUTRI          (13211383)
3.    HENDRIYANI                                       (13211350)
4.    LIDIA SUSANTI                                   (13211354)
5.    VISKY AFRINA                                                (13211386)


DOSEN PEMBIMBING :
DEVI SYARIEF S,SI.T M.Keb

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2014 / 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,karena atas rahmat, taufik serta hidayahNya,kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah  tentang “Penangganan Kegawatdaruratan Pada Kasus Pendarahan Dalam Kehamilan Tm 3 Dan Rujukannya”
 Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah askeb v. Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai askeb v.
      Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita semua.

Padang , februari 2015

       Tim Penulis










BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     latar Belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di indonesia saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, preeklampsi-eklampsi dan infeksi. Pedarahan sebelum, sewatu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Perdaran antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau bert janin diatas 500 gram. Hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk melakukan perawatan intensif terhadap janin sudah lebih baik. Perdarahan 25%, infeksi 14%, hipertensi 13%, aborsi 13% dan persalinan lama 15% apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN dan negara-negara maju maka angka kematian ibu maternal di indonesia adalah berkisar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara ASEAN dan lebih dari 50 kali angka kematian ibu di negara maju.
Perdarahan antepartum yang berbahaya bersumber pada kelainan plasenta yaitu plasenta previa dan solusio plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan  servik biasanya tidak terlalu bahaya. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi: plasenta previa, solusio plasenta, kelainan insersio tali pusat dan sirkumvalanta.
Dari kasus diatas penulis tertarik untuk membahas teori tentang perdarahan antepartum pada trimester III. 

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apa defenisi dari perdarahan antepartum?
2.      Apa penyebab terjadinya perdarahan antepartum?
3.      Bagaimana penanganan yang tepat untuk perdarahan antepartum pada trimester III?

1.3     Tujuan
1.      Mampu mengetahui defenisi perdarahan antepartum
2.      Mampu mengetahui penyebab terjadinya perdarahan antepartum
3.      Mampu mengetahui penanganan yang tepat untuk perdarahan antepartum pada trimester III


BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Defenisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau bert janin diatas 500 gram. Hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk melakukan perawatan intensif terhadap janin sudah lebih baik.

Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan perinatal, berkisar antara 35-45%, khususnya di negara berkembang. Dapat dikemukakan bahwa kematian yang disebkan perdarahan post partum sekitar 4x lebih besar daripada perdarahan antepartum. (Manuaba.dkk, 2007).

Perdarahan per vagina ringan lazim terjadi pada persalinan.seperti Bloody show, yang merupakan dampak dari pendataran dan pembukaan serviks,disertai robeknya pembuluh – pembuluh kecil. Namun perdarahan uterus yang timbul dari bagian atas servik merupakan hal yang mengkhawatirkan. Seperti perdarahan uterus yang terjadi setelah pemisahan plasenta yang berimplantasi di dekat kanalis servikalis uteri yaitu plasenta previa. Perdarahan uterus yang terjadi akibat pemisahan plasenta yang terletak ditempat lain dikavitas uteri yaitu solusio plasenta. Kadang-kadang terjadi kelainan insersi pada tali pusat dan plasenta sirkumvalata.

2.2   Etiologi
2.2.1        Kelainan insersi tali pusat
Kelainan insersi tali pusat adalah kelainan yang terjadi pada penanaman tali pusat di plasenta.
1.      Kelaianan insersi tali pusat dapat dibagi menjadi :
a.              Plasenta battledore
Adalah tali pusat yang berinsensi di tepi marginal plasenta menyerupai plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan antepartum dan menyebabkan prematuritas.
b.             Insersi velamentosa
c.              Adalah tali pusat yang berinsersi jauh di luar plasenta, yaitu di daerah membran atau selaput janin sehingga darah umbilikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta
Bahaya insersi vilamentosa :
1.      Pembuluh darahnya tidak terlindungi oleh jelly Wharton.
2.      Jika pembuluh darah insersio vilamentosa melewati kanalis servikalis , disebut vara previa.
3.      Bahayanya jika ketuban pecah disertai pembuluh darah yang robek akan menimbulkan trias insersio vilamentosa :
a)      Ketuban pecah
b)      Diikuti perdarahan berwarna merah segar
c)      Diikuti dengan tanda vetal distres pada janin
d)     Jika terjadi pembukaan kecil tanpa mendapatkan pertolongan yang adekuat akan menyebabkam kematian janin dalam uterus.
d.             Vasa previa
Tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta dan menyebabkan pembuluh darah yang berasal dari insersio velamentosa dari tali pusat melintasi kanalis servikalis sehingga saat ketuban pecah, pembuluh darah yang berasal dari janin ikut serta pecah. Vasa previa mirip dengan plasenta previa, sehingga untuk membedakannya dilakukan tes dengan menggunakan NaOH 0,25%, sehingga terlihat perubahan warna cairan ketubaan. Jika cairan ketuban berwarna kuning kecoklatan berarti berasal dari ibu, dan jika berwarna merah berarti berasal dari haemoglobin janin.
Darah yang keluar dari pecahnya vasa previa berasal dari vena dan arteri umbilikalis, sehingga seluruhnya berasal dari janin dan warna darahnya merah segar yang kaya O2dan nutrisi.
2.      Penanganan kelainan insersi tali pusat
Segera lakukan secsio cesarea.

2.2.2        Plasenta sirkumvalata
Plasenta sikumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat cincin Putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari vili yang tumbuh kesamping dibawah desisua. Di duga bahwa korion frondosum terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan, vili menyerbu kedalam desidua diluar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi insidensinya lebih kurang 2-18%.
Penanganannya
1.             jika kehamilan terjdi perdarahan intermitten dan belum terjadi abortus  ibu disarankan untu beristirahat total untuk mencegah terjadinya abortus
2.             jika sudah terjadi abortus, lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang berwenang dalam hal ini, seperti dokter untuk mencegah perdarhan yang dapat mengancam nyawa ibu
3.             jika mengakibatkan solusio plasenta, lakukan penanganan seperti pasien solusio plasenta tapi jika terjadi perdarahan hebat, lakukan persalinan segera (secsio cesarea). SC ini dilakukan jika :
a.       janin hidup, gawat jani, tapi persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan
b.      janin mati tapi serviks tidak memungkinkan untuk persalinan pervaginam.

2.2.3        Solusio plasenta
1.      Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya sebelum anak lahir. Defenisi ini berlaku dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.istilah solusi plasenta juga dikenal istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plaseta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian atau yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebub ruptur sinus marginalis.

2.        Penyebab
Penyebabnya belum diketahui keadaan berikut merupakan faktor predisposisi atau pemicu timbulnya solusio plasenta yaitu:
a.    Hipertensi esensialis atau hipertensi primer
b.    Tali pusat pendek
c.    Trauma eksterna
d.   Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
e.    Usia lanjut
f.     Multi paritas
g.    Defisiensi asam folat
3.        Penanganan
Tergantung dari berat ringan nya kasus pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat ,pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur,penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan HB,fibrinogen,hematokrit dan trombosit.
Pada solusio plasenta sedan dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan,memperbaiki anemia,menghentikan pendarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin.
Penatalaksanaanya meliputi :
a.       Pemberian tranfusi darah
b.      Pemecahan ketuban
c.       Pemberian infus oksitosin
d.      Kalau perlu dilakukan secsio sesarea
Secsio sesar dilakukan bila :
1)   Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam
2)   Perdarahan banyak
3)   Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm
4)   Panggul sempit
5)   Letak lintang
6)   Preeklasi berat
                       
2.2.4        Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluu atau sebagian dari ostium uteri internum.
Penyebab plasenta previa belum jelas diketahui
Penangganan
a.       penangganan konservatif
dilakukan bila :
1)      kehamilan kurang 37 minggu
2)      perdarahan tidak ada atau sedikit (Hb dalam batas normal)
3)      belum ada tanda inpartu
4)      keadaan umum ibu cukup baik
5)      janin masih hidup
6)      tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit)
penanganan konservatif berupa :
1)      istirahat
2)      memberikan sulfas ferosus per oral 60 mg selama 1 bulan untuk mengatasi anemia
3)      memberikan antibiotik bila ada indikasi
4)      pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrik.
5)      Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap.pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.bila timbul perdarahan segera bawa kerumah sakit dan tidak boleh melakukan seggama.

b.      Penanganan aktif
Dilakukan bila :
1.      Perdarahan banyak tanpa memadang usia kehamilan
2.      Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
3.      Anak meninggal
Penanganan aktif berupa :
1.      Rencanakan terminasi kehamilan jika :
a)      Janin matur
b)      Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
c)      Pada perdarahan aktif dan banyak segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin.
2.      Juka terjadi plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sedikit, persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, dilahirkan dengan seksio cesarea.
3.      Jika persalinan dengan SC, dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta, lakukan tindakan :
a)      Lakukan penjahitan ditempat perdarahan
b)      Pasang infus oksitosin 10 intra unit dalam 500 ml cairan intra vena (NaCL atau RL) dengan kecepatan 60 tpm.
4.      Jika perdarahan terjadi pada pasca persalinan, lakukan penanganan yang sesuai seperti ligasi arteri atau histerektomi.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau bert janin diatas 500 gram
Perdarahan antepartum yang berbahaya bersumber pada kelainan plasenta yaitu plasenta previa dan solusio plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan  servik biasanya tidak terlalu bahaya. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi: plasenta previa, solusio plasenta, kelainan insersio tali pusat dan sirkumvalanta.

3.2         Saran
Bagi mahasiswa DIII kebidanan dapat menjadikan makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai penanganan kegawatdaruratan pada kasus perdarahan dalam kehamilan TM III dan rujukannya dan bagi para pembaca dapat menambah pengetahuannya mengenai pembahasan ini. Diharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.






















                   DAFTAR PUSTAKA

·         Cunning,dkk,2009,obsetri wiliam ,EGC : jakarta
·         Manualba,dkk,2007,pengantar kuliah obsetri ,EGC : jakarta
·         M3 ,asuhan kebidanan iv patologi ,yapindo jaya abadi : jakarta