Senin, 16 Februari 2015

TUGAS TERSTRUKTUR ASNEO



MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA BY Ny A DENGAN LABIOSKIZIS DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9 NOVEMBER 2014



DISUSUN
O
L
E
H

HENDRIYANI
NIM  13211350


DOSEN PEMBIMBING: DIAN FEBRIDA SARI S.Si.T



STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI D II KEBIDANAN
2014/2015



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Labioskizis pada Neonatus,Bayi dan Balita” ini dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Asuhan Neonatus bayi dan balita,dimna sumber materi diambil dari buku-buku yang relevan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari  masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.


                                                                                    Padang, Januari 2015

                                                                                                penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1  Latar belakang.................................................................................................. 1
1.2  Tujuan penulisan............................................................................................... 2
1.3  Manfaat penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1  Definisi Labioskizis.......................................................................................... 3
2.2  Klasifikasi ........................................................................................................ 4
2.3  Etiologi ............................................................................................................ 5
2.4  Patofisiologis ................................................................................................... 6
2.5  Tanda dan Gejala.............................................................................................. 6
2.6  Komplikasi........................................................................................................ 7
2.7  Penatalaksanaan................................................................................................ 8
2.8  Perawatan ........................................................................................................ 11
2.9  Pengobatan ...................................................................................................... 12 
2.10   Asuhan kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 14
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................
5.1  Kesimpulan.......................................................................................................
5.2  Saran ................................................................................................................





BAB 1
PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah “Labioskizis”.
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.








1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1             Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang kelainan kongenetal pada Neonatus, bayi dan balita mengenai Labioskizis.
1.2.2             Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui definisi dari Labioskizis pada bayi baru lahir
2.    Untuk mengatispasi adanya labioskizis pada bayi baru lahir
3.    Mengetahui asuhan yang akan diberika bada bayi baru lahir dengan labioskizis
4.    Melakukan tindakan segera pada bayi baru lahir dengan labioskizis
1.3  Manfaat Penulisan
1.    Diharapkan makalah Asuhan neonatus dengan labioskizis dapat memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar bagi tenaga kesehatan.
2.    Diharapkan dengan adanya makalah Asuhan neonatus dengan labioskizis dapat mencegah terjadinya kasus yang sama sehingga mengurangi AKB di indonesia dan memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada bayi dengan labioskizis.








BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. (sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010).
Labioskizis adalah suatu kelainan yang terjadi pada daerah mulut akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang maksila dan premaxsila) untuk menyatu selama perkembangan embrio.(Dwe Maryati,S.SiT,Sujianti,S.SiT,Tri Budiarti,SST 2011)
Laboiskizis adalah kelainan kontak palatine(bagian depan serta samping muka yang tidak menutup dengan sempurna.(Ai Yeyeh Rukiyah,S.Si.T,MKM,Lia Yulianti,Am.Keb,MKM,2012)
Labioskizis dan labiopalatokizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu( Dewi, 2010).
Labioskizis adalah merupakan kelainan konginetal anomali yang berupa adanya kelaianan bentuk pada struktur wajah.(Suriadi,SKp,MSN dan Rita Yuliani,SKp,M.Psi).

2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle.



Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut:
1.    palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
2.    palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3.    suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4.    terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
a.       Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal yaitu :
1)    Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
a)        Celah di bibir ( labioskizis )
b)        Celah di gusi ( gnatoskizis )
c)        Celah di langit ( palatoskizis )
d)       Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit langit ( labiopalatoskizis) 
2)      Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk:
a)        Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
b)        Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c)        Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke hidung.




2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut:
1.    Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
2.    lingkungan Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.    
3.    Faktor keturunan. Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir. 
4.    Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekuranganasam folat.
5.    Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
6.    Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi rubella  dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
7.    Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
8.    Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
9.    Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh.


2.4 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

      2.5 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1.      Terjadi pemisahan langit-langut
2.      Terjadi pemisahan bibir
3.      Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4.      Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5.      Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik daerah wajah. Labioskizis dapat terjadi dalam beberapa derajat malforasi, mulai dari takik ringan pada tepi bibir dikanan/kiri garis tengah, hingga sumbing lengkap menjalar sampai ke hidung. Terdapat variasi lanjutan yang melibatkan sumbing palatum.
Labipalatoskizis merupakan deformitas yang dibedakan menjadi 4 tingkatan/ derajat yaitu derajat 1 (sumbing palatum mole) derajat 2 (sumbing palatum durum dan mole), derajat 3 (derajat unilateral total) dan derajat 4 (sumbing bilateral total). Bayi yang mengalami labiopalatoskizis sering mengalami gangguan makan dan bicara. Regurgitasi makanan dapat menimbulkan masalah pernafasan, iritasi paru dan infeksi pernafasan kronis. Pembedahan umum sebelum anak mulai berbicara, pembedahan ulang pada usia 15 bulan.
Sumbing bibir (labioskizis) tidak banyak gangguan dan bayi masih bisa minum dengan dot. Sumbing palatum (palatoskizis) sering menumbulkan bayi sukar minum, bahaya tersedak yang dapat menyebabkan terjadinya aspirasi, infeksi pernafasan dan gangguan pertumbuhan.

      2.6 Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi, yaitu :
1.    Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing. Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizisdan labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labiopalatoskizis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ atau asupan makanan tertentu.

2.    Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran. Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3.    Kesulitan berbicara misalnya suara sengau. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya. Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mmole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara atau kata “p, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch”, dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
4.    Masalah gigi, pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
      2.7 Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. 
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :

1.    Tahap sebelum operasi
     Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.
      Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
2.    Tahap sewaktu operasi
     Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing ( labioplasty ) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
       Operasi untuk langit-langit ( palatoplasty ) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin ( 15-24 bulan ) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah ( gnatoschizis ) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
3.    Tahap setelah operasi.
    Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.


2.8 Perawatan
1.    Menyusu ibu
2.    Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepda bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
3.     Menggunakan alat khusus, seperti :
a.    Dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar) yaitu suatu dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
b.    Dapat juga diberikan dengan menggunakan botol peras, dengan cara memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
c.    Ortodonsi, yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitif.
d.   Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi, kemudian bayi ditepuk-tepuk pada punggungnya berkali-kali secara lembut untuk mengeluarkan udara/bayi disendawakan, dikarenakan bayi dengan sumbing pada bibirnya cenderung untuk menelan banyak udara. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung, hal ini suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.

      2.9 Pengobatan
Pada bayi dengan bibir sumbing dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap sehingga  tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk  memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
Anak dengan kondisi ini membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen. 
1)   Prinsip Perawatan Secara Umum
Pada saat lahir diberikan bantuan pernapasan dan pernapasan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung. Anak setelah berumur 1 minggu dibuatkan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, atau dengan pemberian dot khusus. Setelah anak berusia 3 bulan dilakukan labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telinga. Umur 18 bulan – 2 tahun dilakukan palathoplasty, tindakan operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.

      2.10 Asuhan Kebidanan
1.    Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2.    Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.
3.    Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya menyusu.
4.    Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu untuk memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.
5.    Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
6.    Jika bayi memiliki celah palatum, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
7.    Ketika bayi makan dengan baik dan mengalami penambahan berat badan,rujuk bayi ke rumah sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika memungkinkan untuk pembedahan guna memperbaiki celah tersebut.












BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “A” DENGAN LABIOSKIZIS HARI 1 DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9 NOVEMBER 2014
I.          Pengumpulan Data
            A.  Identitas
Nama bayi                 :  By. D
Umur bayi                 :  6  jam
Tanggal/jam lahir      :  09 November  2014
Jenis kelamin             :  Perempuan

Orang tua
Nama Ibu                  :  Ny. A           Nama Suami                : Tn. B
Umur                         :  22 th            Umur                           : 24 th
Suku                          :  Jawa             Suku                            : Jawa
Agama                      :  Islam            Agama                         : Islam
Pendidikan                :  D3                Pendidikan                              : S1
Pekerjaan                  : IRT                Pekerjaan                    : Wiraswasta
Alamat Rumah          : Perum III      Alamat Rumah                        : Perum III
Telp                           : -                     Telp                             : -
Alamat Kantor          : -                     Alamat Kantor            : Jakarta
Telp                           : -                     Telp                             : -

B. Anamnesa (Data Subjektif)

Pada tanggal               :  09 November 2014   pukul : 08.00 wib
1.    Keluhan             : Ibu mengatakan bayinya sulit menyusu,dan ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya

2.    Riwayat kehamilan
                a.    Pemeriksaan selama kehamilan
                       Trimester I      : Frekuensi     : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan          : Mual dan muntah yang berlebihan pada 3 bulan pertama.
Trimester II   : Frekuensi       : tiga kali, oleh : bidan
                        Keluhan         : tidak ada
Trimester III  : Frekuensi       : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan          : Nyeri pinggang, sejak usia kehamilan 9 bulan hanya diberi konseling (istirahat cukup)

      b.  Riwayat Penyakit Kehamilan
a)      Perdarahan                     : tidak ada
b)      Pre-eklampsi                  : tidak ada
c)      Eklampsi                        : tidak ada
d)     Penyakait kelamin          : tidak ada
e)      Lain-lain                         : tidak ada

       c.  Kebiasaan Sewaktu Hamil
a)         Makan sehari-hari        :Ibu makan 3x sehari dengan                          nasi, lauk, sayur , buah. ( kadang minum susu )
b)         Obat-obatan/jamu        :Ibu tidak pernah                              mengkonsumsi obat-obatan atau jamu kecuali obat dari bidan  ( fe, kalk)
c)         Merokok                      :Ibu tidak merokok
d)        Minuman alkohol         :Ibu tidak mengkonsumsi minuman alkohol
e)         Lain-lain                      :tidak ada pantangan dan larangan    selama kehamilan.



 3.  Riwayat Persalinan Sekarang   
      a.  Jenis persalinan             : Normal
      b.    Penolong persalinan  : Bidan
      c.    Lama persalinan        :±         8          jam      15        menit
        d.   Ketuban pecah          : spontan          warna  : jernih
               Bau                                                     Jumlah : ± 500cc
        e.  Plasenta                        : utuh
        f.  komplikasi persalinan
Ibu                               : tidak ada
Bayi                             : tidak ada
4.  Keadaan bayi baru lahir    
     Berat badan                        : 3200 gram
     Panjang badan                    : 51 cm
     Caput sucedanium             : tidak ada
     Cepal hematoma                : tiak ada
              
C.  Data Objektif
     1. Pemeriksaan  Umum      : Baik
     Kesadaran                      : Compos Mentis
Nadi                               : 130 x/menit, teratur
Pernafasan                     : 46 x/menit, teratur
Suhu                               : 36,7ºC
               2. Pemeriksaan antropometri
Berat badan lahir           : 3200 gram
Berat badan saat ini       : 3200 gram
Panjang badan               : 51 cm
Lingkar kepala               : 32 cm
Lingkar dada                 : 33 cm
Lingkar lengan atas        : 12 cm

       3,Pemeriksaan khusus
a.       Inspeksi
Kepala
Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada kulit kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput suksedenum, cepal hematoma, terdapat pontanel anterior berbentuk belak ketupat dan pontanel posterior berbentuk segitiga, sutura tidak menyatu dan tidak ada molase.
    Muka
Muka tampak simetris dan tidak ada kelainan.
     Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak simetris, tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada dengan ukuran yang sama gerakan bola mata acak dan tidak sama (strabismus), tidak ada glukoma kongenital, katarak kongenital, sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil dengan ukuran sama dan reaksi terhadap cahaya baik, terdapat 2 alis mata dan terpisah.
      Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga   normal, pendengaran baik dengan merespon bunyi atau suara.
      Hidung
Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami pernafasan cuping hidung.
      Mulut
Bibir tampak tidak simetris, tidak ada bercak pada mukosa mulut, mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah di bibir sebelah kiri.


     Leher
Tampak pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak ada selaput, tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis, pergerakan tidak terbatas atau bebas.
     Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada praktur klapikula, puting susu terbentuk dengan baik, menonjol simetris kanan dan kiri, bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan ronchi, bunyi jantung tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi jantung I dan II dan tidak terdengar murmur.
    Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada praktur klavikula, dan praktur humerus, kedua lengan sama panjang, tidak ada polidaktili dan sidaktili.
     Abdomen
Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen, tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, tidak teraba masa dan distensi, tali pusat tampak di ikat dengan benang, tidak terjadi penonjolan disekitar tali pusat saat bayi menangis, tidak mengalami bengkak, tidak bernanah, tidak berbau.
     Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2 lubang yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
     Kaki dan tungkai
Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris, jari kaki tidak polodaktili dan sidaktili.



     Punggung
Tulang punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan meningokel.
     Anus
Berlubang pada posisi normal
     Kulit
Warna kulit bayi merah, terdapat vernix caseosa berwarna keputihan, dan tidak berbau, tampak lanugo disekitar bahu, daun telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan dan bercak hitam, tidak ada tanda lahir.
b.      Reflex
Refleks rooting  : Baik, bidan melakukan reflex rooting dengan menyentuh  sudut mulut pada bagian pipi bayi dengan salah satu jari tangan, bayi memberi reaksi dengan menoleh kea rah stimulus dan membuka mulutnya.
Reflex sucking  dan swallowing : Ada masalah , bidan memperhatikan hisapan bayi dan reflex menelan, bayi sulit untuk menghisap tetapi menelan dengan baik, bidan membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan posisi yang benar dan ibu menekan sedikit payudara agar bayi lebih mudah mendapatkan asi.
Refleks tonick neck  : Baik, bidan melakukan reflex tonick neck dengan memiringkan kepala bayi kearah kiri dengan reaksi bayi ingin menoleh kesamping kanan, tangan kiri bayi lurus dan dan kaki kanan bayi menekuk.
Refleks graphs : Baik, bidan melakukan reflex graphs dengan meletakkan salah satu jari telunjuk kepada tangan bayi, bayi  memberi reaksi dengan menggenggam dengan kuat
Refleks moro   : Baik, bidan melakukan refleks moro dengan menyangga punggung bayi dengan posisi 45 derajat, kemudian kepala dijatuhkan 10 derajat, bayi memberi reaksi dengan kaget terlihat dari tangan bayi membentuk huruf C dan terlihat kaget dari ekspresi wajah bayi.

c.       Antropomerti
PB                     :51 cm
LK                     :32 cm
LD                     :33 cm
LILA                 :13 c m

d.      Eliminasi
Miksi                       : sudah, tanggal/pukul :9-11-2014/09.00WIB
                                 Warna                     : Jernih            Volume           :  ±5cc
                                 Lain-lain                  : Tidak ada
    Mekonium               :sudah,tanggal/pukul : 9-11-2014/09.00 WIB
                                 Warna                     : Kehitaman     Konsistensi     : Encer
                                 Lain-lain                  : Tidak ada

e.       Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium












PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI Ny “A” DENGAN LABIOSKIZIS HARI 1 DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9 NOVEMBER 2014


Hari / Tanggal             :Sabtu , 9  November 2014
Pukul                           : 08.30 WIB
Tempat                        : BPS

Pengkajian data
A.    Identitas

a)   Biodata Bayi
Nama                      : By. D
Tanggal Lahir         : 9 November 2014
Jenis kelamin          : Perempuan
BB Lahir                 : 3200 grm
PB Lahir                 : 51 cm

b)      Biodata Orangtua
Nama Ibu                          :  Ny. A           Nama Suami                : Tn. B
Umur                     :  22 th            Umur                                       : 24 th
Suku                      :  Jawa             Suku                            : Jawa
Agama                   :  Islam            Agama                        : Islam
Pendidikan                        :  D3                Pendidikan                              : S1
Pekerjaan              : IRT                Pekerjaan                    : Wiraswasta
Alamat Rumah      : Perum III      Alamat Rumah                        : Perum III



1.      Data Subjektif (S)
a.       Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu.
b.      Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya.
c.       Ibu mengatakan bayi nya sulit menyusu.
d.      Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin perempuan , menangis kuat saat lahir dan ada kelainan pada bibir atas bayi.
e.       Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.

2.      Data Objektif (O)
a.       Keadaan umum bayi tidak baik.
b.      Tanda-tanda vital :
a)    Nadi                : 130 x/menit
b)   Pernapasan      : 30 x/menit
c)    Suhu                : 36,7°C
c.       Pemeriksaan kepala :
a)    Anemia            : Tidak ada
b)   Ikterus             : Tidak ada
c)    Sianosis           : Tidak ada
d)   Mulut               :Bibir tampak tidak simetris kiri dan kanan,platum utuh,bibir kanan dan kiri  tidak tumbuh bersatu,dan terdapat celah di bibir bagian kiri
e)    Mata                :simetris kiri dan kanan,dan sclera tidak ikterik.
f)    Hidung            :simetris kiri dan kanan, dan tidak mengalami pernafasan cuping hidung.
d.      Pemeriksaan Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena junggularis.
e.       Pemeriksaan Dada :
Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi pada dada.

f.          Pemeriksaan Abdomen :
Perut tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen,gerakan bersamaan dengan gerakan dada, dan tidak ada tnada –tanda infeksi pada tali pusat.
g.         Pemeriksaan Genetalia :
Labia mayora sudah menutupi labia minora.
h.         Pemeriksaan Ekstremitas Atas :
Simetris kiri dan kanan,tidak sianosis,tidak polidaktili dan sidaktili.
i.           Pemerikasaan Ekstremital bawah :
f.       Pemeriksaan Neurologis :
Reflek bayi Rooting , Sucking, Tonik neck , Graphs , Moro positif (+).
g.      Pemeriksaan Laboratorium :
h.      Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan.
3.      Assesment (A)
Bayi Ny. A usia 1 hari keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dalam batas normal , dengan kelainan bawaan Labioskizis.

4.      Planning (P)
a.    Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada bayinya.
Tanda-tanda vital
1.Nadi            : 140 x/menit
2.Pernapasan  : 30 x/menit
3.Suhu            : 36,7°C
Evaluas : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
b.    Menberitahu ibu dan keluarga tentang kelainan yang terjadi pada bayinya.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti tentang kelainan yang dialami oleh bayi mereka.
c.    Menberitahukan ibu dan keluarga tantang penyebab kelainan yang terjadi pada bayi tersebut.
Evaluasi :ibu dan keluarga mengerti apa penyebab kelainan yang dialam oleh bayi mereka.
d.   Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI yang adekuat  kepada bayinya.dengan cara menggunakan dot domba.
Evaluasi : ibu mengerti dan mu melaksanankan anjuran bidan.
e.    Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya akan dilakukan operasi setelah keadaan bayi baik dan BB minimal 10 one bayi sudah meningkat.
Evaluasi : ibu mengerti dan mau melaksanankan anjuran bidan.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus diatas bayi mengalami kelainan kongenetal yaitu Labioskizis pada usia 0 hari dan bayi dilahirkan aterem. Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Pada kasus ini bayi mengalami kelainan kongenetal karena adanya riwayat   kelainan bawaan yaitu ayah bayi tersebut mengalami labioskizis . Jadi bayi Ny A tersebut mengalami kelainan bawaan karena ayah bayi tersebut mengalami kelainan labioskizis. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan tanda – tanda fital bayi dalam keadaan normal , tetapi saat dilakukan pemeriksaan fisik terlihat mulut bayi tidak simetris kiri dan kanan , bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah di bibir sebelah kiri.
Pada saat dilakukan anamnesa ibu mengalami riwayat kehamilan yaitu :
Pada trimester I ibu mengalami Keluhan : Mual dan muntah yang berlebihan atau Hiperemesis Gravidarum  pada 3 bulan pertama. Sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan janin pada Trimester pertaman tidak terpenuhi dengan baik sehingga pertumbuhan dan perkembangan embrio tidak berjalan dengan baik.sehingga menyebabkan bayi mengalami gangguan perkembangan yaitu bibir kiri dan kanan bayi  tidak menyatu dengan sempurnan atau  disebut dengan labioskizis atau bibir sumbing.
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. 
Jika bayi tidak dioperasi maka bayi akan kesulitan makan dan berbicara nantinya. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
Jelaskan kepada ibu bahwa hal penting yang harus dilakukan saat ini adalah memberi ASI kepada bayi yang adekuat sampai operasi yang akan dilakukan.


  


  





















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
     Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
     Penyebab terjadinya labioskizis adalah keturunan,kekurangan nutrisi saat hamil,terjadi trauma pada kehamilan,ibu mengalami infeksi selama hamil.
     Tanda dan geala bayi mengalami labioskizis adalah bibir bayi terlihat tidak menyatu,dan bayi kesulitan dalam menyusui.
     Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.

5.2 Saran
      Karena labioskizis merupakn kelainan bawaan yang dialami bayi jadi penatalaksanananya sama dengan bayi normal tetapi harus menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan bayi dan menyarankan kepada orang tua untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya.setelah kondisi bayi baik lakukan rujukan untuk dilakukannya operasi.








DAFTAR PUSTAKA

Maryatanti, Dwi., Tri Budiarti, “Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita”, 2011, Trans Info Media, Jakarta.
Rukiyah, Ai Yeyeh., Lia Yulianti, “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”, 2012,  Trans Info Media, Jakarta.
Suriadi,Rita Yuliani., “Asuhan Keperawatan Pada Anak’’, 2010, CV Sagung Seto,Jakarta.
Nanny,Vivian., Lia Dewi, “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita’’, 2010, Salemba Medika, Jakarta.



 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar