TUGAS ASKEB II
“PENCEGAHAN INFEKSI”
OLEH: KELOMPOK 5
TINGKAT IIA
DIII KEBIDANAN
ANGGOTA:
1.
ARINI FITRI (13211335)
2.
DINI
OKTAVERA (13211341)
3.
HENDRIYANI (13211350)
4.
INDAH
PURMADENI (13211352)
5.
MUTIARA LISA
APRILLA (13211361)
6.
NESA PUTRI
RISMAYANTI (13211362)
7.
PUTRI
MERCSHURI IHSAN (13211366)
8.
RAHMI PUTRI (13211367)
9.
RENDA SERI
JASSANI (13211369)
10.
WITRI NOFIKA
ROSA (13211388)
11.
YULIA GENI (13211391)
DOSEN
PEMBIMBING:
ZULFITA,S.Si.T.,M.Biomed
STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita
dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta
salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami
mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang
sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah ini pada
waktunya.
Dalam
menyusun makalah ini, kami menyadari
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah kami selanjutnya.
Padang,
Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak
penyakit yang mengganggu kelangsungan hidup masyarakat. Penyakit-penyakit ini
bukan hanya muncul dikarenakan keteledoran daripada si pengidap itu sendiri.
Melainkan juga dari lingkungan luar yang ada di sekitarnya. Biasanya para
pasien yang ada di rumah sakit paling gampang tertular dengan berbagai macam
penyakit yang dapat membahayakan bagi kehidupannya sendiri. Ada berbagai macam
alasan mengapa para pasien yang seharusnya mendapatkan kesembuhan justru malah
mengidap penyakit lain. Hal ini di karenakan oleh keadaan rumah sakit yang
tidak memenuhi standar kebersihan, sehingga penyakit lebih mudah masuk.
Biasanya juga para pasien justru tertular dari tenaga kesehatan yang seharusnya
melindungi pasien. Banyaknya bukti nyata keteledoran tenaga kesehatan ini,
menjadikan kita harus mawas diri terhadap semua hal yang dapat mengancam
keselamatan kita. Hal-hal semacam ini dapat mengurangkan kepercayaan pasien
kepada kita sebagai pelaku kesehatan. Tidak terkecuali dalam dunia kebidanan.
Dalam
dunia kebidanan pun sering kali terjadi insiden pasien yang tertular penyakit
ataupun sebaliknya, bidan yang di tulari penyakit oleh si pasien. Untuk
mencegah hal-hal yang membahayakan seperti ini, maka perlu di ambil
langkah-langkah pencegahan. Dan ada banyak hal yang harus dilakukan untuk dapat
mengurangi risiko penularan penyakit dari si pasien ke bidan ataupun dari bidan
kepada pasien.
Dalam
bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan rasional adalah
melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan dan keterbatasannya.
Oleh karna itu, kita sebagai tenaga kesehatan perlu tau tindakan-tindakan
pencegahan infeks.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
2. Apa
saja Definisi tindakan-tindakan
pencegahan infeksi?
3. Bagaimana
Prinsip-prinsip
pencegahan infeksi?
4. Tindakan-tindakan
apa saja yang dilakukan untuk pencegahan infeksi?
5. Apa saja Pertimbangan-pertimbangan
mengenai pencegahan infeksi di luar institusi
1.3
TUJUAN
3. Untuk
mengetahui Definisi tindakan-tindakan pencegahan infeksi
4. Untuk
mengetahui Prinsip-prinsip pencegahan infeksi
5. Untuk
mengetahui Tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan untuk pencegahan infeksi
6. Untuk
mengetahui Pertimbangan-pertimbangan mengenai pencegahan infeksi di luar institusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan
pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
Tindakan pencegahan infeksi (PI)
tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan
ketahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan jamur. Juga upaya-upaya untuk menurunkan risiko
terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya, seperti misalnya
Hepatitis dan HIV/AIDS.
Tindakan-tindakan
pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan:
1.
Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
2.
Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam
jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS.
Di masa lalu, tujuan utama
pencegahan infeksi adalah untuk mencegah infeksi serius pascabedah. Meskipun
infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di banyak negara, munculnya
HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan akibat hepatitis telah mengubah secara
dramatik fokus pencegahan infeksi. Karena HIV dan hepatitis makin sering
terjadi, resiko terinfeksi penyakit-penyakit tersebut juga akan semakin
meningkat.
Penolong
persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui:
1.
Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung,
mulut atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka atau lecet
yang kecil)
2.
Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi
atau peralatan tajamn lainnya, baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat
memproses peralatan.
Memakai sarung tangan, mengenakan
perlengkapan pelindung pribadi (kaca mata, mnasker, celemek, dll) dapat
melindungi penolong terhadap kemungkinan terkena percikan, berhati-hati saat
menangani benda tajam dan melakukan dekontaminasi serta memproses peralatan
yang terkontaminasi secara benar, merupakan cara-cara efektif untuk
meminimalkan risiko infeksi, tidak hanya bagi ibu/bayi baru lahir, tapi juga
terhadap penolong persalinam dan
staf kesehatan lainnya.
staf kesehatan lainnya.
Pencegahan infeksi adalah bagian
esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat
memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan bayi
baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.
B. Definisi
Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
1. Asepsis atau
Teknik Aseptik
Adalah
istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini
dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Teknik
aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong
persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi)
mikroorganisme pada kulit, jaringan dan instrumen/peralatan hingga tingkat yang
aman
2. Antisepsis
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya
Adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan
dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya, meja periksa)
harus segera didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh
4. Mencuci dan
Membilas
Adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran
darah, cairan tubuh atau benda asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau
instrumen/ peralatan
5. Disinfeksi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati atau instrumen
6. Disinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT)
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi
7. Sterilisasi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda
mati atau instrumen
C. Prinsip-prinsip
Pencegahan Infeksi
PI yang
efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a.
Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong
persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat
bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
b.
Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi
c.
Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan
benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang
tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga
setelah digunakan, harus diproses secara benar
d.
Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau
benda lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih
terkontaminasi
e.
Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total,
tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
PI secara benar dan konsisten.
D.
Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktik PI yang dapat mencegah
mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru
lahir dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutuskan rantai penyebaran
infeksi.
1). Cuci Tangan (Tindakan Pencegahan Infeksi)
Cuci tangan adalah prosedur paling
penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir.
Cuci tangan harus dilakukan:
- Segera setelah tiba di tempat kerja
- Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir
- Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
- Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
- Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan)
- Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan
- Setelah ke kamar mandi atau menggunakan toilet
- Sebelum pulang kerja
Untuk mencuci tangan:
a.
Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
b.
Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
c.
Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa
atau yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela juga
digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama
d.
Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir
e.
Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan
atau keringkan dengan kertas (tissue) atau handuk yang bersih dan kering.
7 Langkah hygiene mencuci tangan
Langkah 1:
Telapak
dengan telapak
Langkah 2:
Telapak
kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak kiri di atas punggung tangan
kanan.
Langkah 3:
Telapak
dengan telapak dan jari saling terkait.
Langkah 4:
Langkah 4:
Letakkan
pungguh jari pada telapak satunya dengan jari sering mengunci
Langkah 5:
Jempol kanan
digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
Langkah 6:
Jari kiri
menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan sebaliknya
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang di lingkungan
yang lembab dari air tidak mengalir maka dari itu ingat pedoman berikut pada
saat mencuci tangan:
- Bila menggunakan sabun pada (misalnya, sabun batangan), gunakan potongan-potongan kecil dan tempatkan dalam wadah yang dasarnya berlubang agar air tidak menggenangi potongan sabun tersebut
- Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah diberi larutan antiseptik (seperti Dettol® atau Savlon®). Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut
- Bila tidak tersebut air mengalir:
- Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas
- Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir
- Minta orang lain menyiram air ke tangan, atau
- Gunakan larutan pencuci tangan yang mengandung alkohol (campurkan 100 ml 60-90% alkohol dengan 2 ml gliserin). Gunakan kurang lebih 2 ml dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali.
- Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah/ lembab adalah tempat yang baik untuk pekembangbiakan mikroorganisme.
- Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang saluran limbah atau jamban di kamar mandi.
2). Memakai
sarung tangan dan perlengkapan perlindungan lainnya (Tindakan Pencegahan Infeksi)
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang
basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya),
peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan
untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
gunakan tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.
Jenis-jenis sarung tangan:
a. Sarung
tangan steril
Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur
apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit seperti
persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah
b. Sarung
tangan periksa
Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan
tubuh
c. Sarung
tangan rumah tangga
Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan,
menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.
Tabel Prosedur/ Tindakan yang memerlukan sarung tangan:
Prosedur/ Tindakan
|
Perlu sarung tangan
|
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
|
|
Memeriksa tekanan darah, temperatur tubuh atau menyuntik
|
Tidak
|
Tidak
|
Tidak
|
Menolong persalinan dan kelahiran bayi, menjahit
laserasi atau episiotomi
|
Ya
|
Bisa diterima
|
Dianjurkan
|
Mengambil contoh darah/ pemasangan IV
|
Tidak
|
Tidak
|
|
Mengisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Memegang dan membersihkan peralatan yang
terkontaminasi
|
Tidak
|
Tidak
|
|
Memegang sampah yang terkontaminasi
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh
|
Tidak
|
Tidak
|
(1) Jika sterilisasi tidak memungkinkan, sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi adalah satu-satunya alternatif yang bisa diterima
Sarung tangan sekali pakai lebih
dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat terbatas maka sarung tangan bekas pakai
dapat diproses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas, disinfeksi tingkat
tinggi atau sterilisasi.
Jika
sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih dari tiga
kali karena mungkin ada robekan/ lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan
mungkin robek pada saat sedang digunakan.
“Ingat:
Jangan gunakan sarung tangan jika sarung tangan tersebut retak, tipis atau ada
lubang dan robekan. Buang dan gunakan sarung tangan yang lain.”
3). Menggunakan Teknik Aseptik (Tindakan Pencegahan
Infeksi)
Teknik aseptik membuat prosedur
menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan. Teknik
aseptik meliputi aspek:
a. Penggunaan
perlengkapan pelindung pribadi
Perlengkapan
pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi
dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah,
sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh,
darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek
plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sekali pakai tidak
tersedia.
b. Antisepsis
Antisepsis
adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan
selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan
menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di antara kontak dengan setiap
ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada kulit.
c.
Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat
tinggi
Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara
untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau
benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril.
Prinsip menjaga daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan
dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan
memisahkan benda-benda steril atau mungkin gunakan baju, sarung tangan steril
dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.
Sediakan dan
jaga daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi:
1.
Gunakan kain steril
2.
Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan
benda-benda ke daerah yang steril/ disinfeksi tingkat tinggi
3.
Hanya benda-benda steril/ disinfeksi tingkat tinggi
atau petugas dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki
daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi
4.
Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek
sebagai benda terkontaminasi
5.
Termpatkan daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi
dari pintu atau jendela
6.
Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di
daerah steril.
Antiseptik vs. Larutan Disinfektan
Meskipun istilah “antiseptik” dan “disinfektan” kadang-kadang digunakan
secara bergantian tetapi antiseptik dan disinfektan digunakan untuk tujuan yang
berbeda. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu
menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfektan.
Larutan disinfektan dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau
instrumen yang digunakan dalam prosedur bedah. Membersihkan permukaan tempat
periksa atau meja operasi dengan disinfektan yang sesuai (baik terkontaminasi
atau tidak) setidaknya sekali sehari, adalah cara yang mudah dan murah untuk
mendisinfeksi suatu peralatan yang memiliki permukaan luas (misalnya, meja
instrumen atau ranjang bedah).
Larutan antiseptik (seperti alkohol)
memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh agar
dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena itu, penggunaan antiseptik tidak
diperlukan untuk tindakan kecil dan segera (misalnya, penyuntikan oksitosin
secara IM pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat)
asalkan peralatan yang digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Larutan antiseptik berikut bisa diterima:
- Alkohol 60-90%: etil, isopropil, atau metil spiritus
- Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi (Savlon)
- Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub®, Hibitane®, Hibiclens®)
- Heksaklorofen 3% (Phisohex®)
- Paraklorometaksilenol (PCMX) atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi (Dettol®)
- Iodine 1-3% larutan yang dicampur alkohol atau encer (e.g Lugol®) atau tinctur (iodine dalam alkohol 70%). Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina
- Iodofor, berbagai konsentrasi (Bethadine)
Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptik
yang paling baik untuk digunakan pada selaput mukosa. Persiapkan kulit/
jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah dibasahi larutan
antiseptik secara melingkar dari tengah ke luar seperti spiral.
Larutan disinfektan berikut ini bisa diterima:
a.
Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan
DTT peralatan)
b.
Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tapi
karena mahal biasanya hanya digunakan untuk disinfeksi tingkat tinggi)
Jangan gunakan disinfektan dari
senyawa fenol untuk disinfeksi peralatan/ bahan yang akan dipakai pada bayi
baru lahir karena dapat membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut.
Larutan antiseptik dan disinfektan juga dapat terkontaminasi. Mikroorganisme yang mampu mengkontaminasi larutan tersebut adalah Stafilokokus, baksil Gram-negatif dan beberapa macam endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.
Cegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfektan dengan cara:
Larutan antiseptik dan disinfektan juga dapat terkontaminasi. Mikroorganisme yang mampu mengkontaminasi larutan tersebut adalah Stafilokokus, baksil Gram-negatif dan beberapa macam endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.
Cegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfektan dengan cara:
a.
Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika
pengenceran diperlukan)
b.
Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran
wadah pada saat menuangkan larutan wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah
larutan yang utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)
c.
Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air
serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali
seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang)
d.
Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap
4). Memproses
Alat Bekas Pakai (Tindakan Pencegahan Infeksi)
Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses
peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah:
1. Dekontaminasi (Proses Peralatan Bekas Pakai)
Dekontaminasi
adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung
tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk
perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung
tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks jika akan menangani
peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan
benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa
benda-benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya
kerja larutan klorin, cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling
sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat kotor atau keruh.
2. Pencucian
dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai)
Pencucian
adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada peralatan/ perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik
sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa
proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat
dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk
mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama
secepat mungkin.
Seperti yang diperlihatkan pada tabel, sebagian besar
(hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik
lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat
menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangren,
pencucian ini penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat
kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme
dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagian contoh virus
hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang
tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik
ke mata.
Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak
tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk
menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
Tabel: Efektifitas berbagai proses eradiksi mikroorganisme pada alat bekas pakai
Dekontaminasi
|
Pencucian
(hanya air) |
Pencucian
(deterjen dan bilas) |
DTT(1)
|
Sterilisasi (1)
|
|
Efektifias(menghilangkan atau menonaktifkan
mikroorganisme
|
Membunuh virus AIDS dan Hepatitis
|
Hingga 50%
|
Hingga 80%
|
95%
|
100%
|
Waktu yang diperlukan agar proses berjalan efektif
|
Rendam selama 10 menit
|
Cuci hingga bersih
|
Cuci hingga terlihat bersih
|
Rebus, kukus atau secara kimia: 20 menit
|
Kukus: 20-30 menit 106 kPa 1210 C
Panas kering 60 menit pada suhu 1700 C |
(1)Perlu didahului oleh dekontaminasi
dan pencucian
Perlengkapan/ bahan-bahan untuk mencuci peralatan
termasuk:
a.
Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan
rumah tangga dari lateks
b.
Sikat (bole menggunakan sikat gigi)
c.
Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml: untuk kateter,
termasuk kateter penghisap lendir)
d.
Wadah plastik atau baja anti-karat (stainless steel)
e.
Air bersih
f.
Sabun atau deterjen
Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:
- Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
- Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit)
- Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam
- Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
- Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran
- Buka engsel gunting dan klem
- Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan
- Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan
- Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen
- Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih
- Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
- Jika peralatan didisinfeksi tingkat tinggi secara
kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam
wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT
Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif - Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai
- Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih
- Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.
karet menghisap tidak boleh dibersihkan dan
digunakan ulang untuk lebih dari satu bayi.
Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap DeLee harus dibuang setelah satu kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter dengan kondisi tersebut di atas pada lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.
Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap DeLee harus dibuang setelah satu kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter dengan kondisi tersebut di atas pada lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.
Untuk mencuci kateter (termasuk
selang atau pipa plastik penghisap lendir), ikuti tahap-tahap berikut:
- Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan
- Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir
- Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen
- Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih
- Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan DTT.
Catatan:
Kateter
harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (DTT Kimiawi).Kateter bila rusak
jika didisinfeksi tingkat tinggi dengan direbus.
3. DTT dan
Sterilisasi (Proses Peralatan Bekas Pakai)
Meskipun
sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme
tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah
satu-satunya alternatif dalam situasi tersebut: DTT dapat dilakukan dengan cara
merebus, mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan
metode DTT yang paling sederhana dan efisien.
Ingat:
Agar proses DTT atau sterilisasi menjadi efektif, terlebih dulu lakukan dekontaminasi dan cuci bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut
Agar proses DTT atau sterilisasi menjadi efektif, terlebih dulu lakukan dekontaminasi dan cuci bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut
DTT dengan Cara Merebus
- Gunakan panci dengan penutup yang rapat
- Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
- Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air
- Mulai panaskan air
- Mulai hitung waktu saat air mendidih
- Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai
- Rebus selama 20 menit
- Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus
- Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan
Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka
sarung tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan
bubuk talk)
a.
Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus
b.
Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT
selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru
c.
Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang
berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus,
letakkan 5-15 pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah
nampan. Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal
sarung tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan)
d.
Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus
terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang
berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor
e.
Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas
dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap
air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh
mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat
dan ini merupakan pemborosan bahan bakar
f.
Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci
pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku
khusus
g.
Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci
dan letakkan dalam posisi terbalik
h.
Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung
tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan
dapat menetes keluar
i.
Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang
kosong di sebelah kompor
j.
Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus
yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan
penutup di atasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa
terkontaminasi (tuang air perebus ke dalam wadah DTT)
Ingat:Jangan menempatkan nampan
pengukus berlubang yang berisi sarung tangan di atas meja atau tempat lain
karena sarung tangan dapat terkontaminasi oleh cemaran dari luar melalui lubang
bawah nampan
k.
Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan
sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan
sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu
30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung
tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau
digunakan)
l.
Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah
kering gunakan penjepit atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan
sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat
tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus
yang berpenutup rapat).Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.
DTT Kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk
DTT adalah klorin dan glutaraldehid (Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak
digolongkan sebagai disinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus
dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine.
Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika
disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam
karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan
tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin
hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet
formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan,
bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja
secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga
tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan.
Larutan disinfektan tingkat tinggi
yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin
bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit makan
peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera
dibilas dengan air matang
Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia termasuk:
a. Letakkan
peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam
wadah dan tuangkan desinfektan
Ingat: Jika peralatan basah sebelum
direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut
sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya
b. Pastikan
peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
c. Rendam
peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
d. Rendam
peralatan selama 20 menit
e. Catat lama
waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus
f. Bilas
peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah
disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup
g. Setelah
kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah disinfeksi
tingkat tinggi berpenutup rapat.
DTT kateter secara kimiawi:
- Persiapkan larutan klorin 0,5%
- Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan
- Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan
- Biarkan kateter terendam selama 20 menit
- Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT
- Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih
Ingat:
Selalu ikuti prinsip-prinsip pemrosesan peralatan yang benar. Sebelum menggunakan kembali benda atas peralatan yang terkontaminasi, lakukan:
Selalu ikuti prinsip-prinsip pemrosesan peralatan yang benar. Sebelum menggunakan kembali benda atas peralatan yang terkontaminasi, lakukan:
1. Dekontaminasi
2. Cuci, bilas dan keringkan jika perlu
3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat
tinggi
4. Gunakan segera atau simpan dalam
wadah yang sesuai”
Benda-benda steril atau DTT harus
disimpan dalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang
tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan
hingga satu minggu setelah diproses. Peralatan steril yang dibungkus dalam
plastik bersegel, tetap kering dan utuh masih dapat digunakan hingga satu bulan
setelah proses. Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan
dalam wadah tertutup yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi, masih boleh
digunakan dalam kisaran waktu satu minggu asalkan tetap kering dan bebas debu.
Jika peralatan-peralatan tersebut tidak digunakan dalam tenggang waktu
penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu digunakan kembali.
Jenis prosedur dan tindakan apapun
yang dilakukan, cara pemrosesan peralatan atau perlengkapan tersebut tetap
sama. Lihat gambar bagan berikut:
Untuk
menyiapkan wadah yang didisinfeksi tingkat tinggi, rebus (jika kecil) atau isi
dengan larutan klorin 0,5% selama 20 menit (larutan klorin bisa dipindah ke
wadah yang lain untuk digunakan ulang dalam waktu 24 jam). Bilas wadah dengan
air matang dan angin-anginkan sampai kering sebelum digunakan.
5). Penggunaan
Peralatan Tajam Secara Aman
Luka tusuk
benda tajam (misalnya, jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan
hepatitis B di antara penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman
berikut:
a. Letakkan
benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau
dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk
meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
b. Hati-hati
saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.
c. Gunakan
pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau
memegang jarum jahit dengan tangan.
d. Jangan
menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan
dibuang.
e. Buang benda-benda
tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua per tiga
penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda
tajam yang disegel tadi harus dibakar di dalam insinerator
f. Jika
benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas
tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup
kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikubur.
Cara melakukan teknik satu tangan:
- Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
- Pegang tabung suntik dengan satu tangan, gunakan ujung jarum untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya.
- Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya.
6). Pengolahan
Sampah dan Mengatur Kebersihan dan Kerapian
Sampah bisa
terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi
tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tapi sebagian besar
limbah persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak
dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi
siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota
masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, kotoran manusia
dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan
hati-hati.
Tujuan pembuangan sampah secara benar adalah
a.
Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang
menangani sampah dan kepada masyarakat
b.
Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau
cedera tidak sengaja oleh benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi.
Setelah selesai melakukan suatu
tindakan (misalnya asuhan persalinan), dan sebelum melepas sarung tangan,
letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dll) ke dalam
tempat sampah tahan air/ kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan kontaminasi
bagian luar kantung dengan sampah yang terkontaminasi. Cara pembuangan yang
benar untuk benda-benda tajam terkontaminasi adalah dengan menempatkan
benda-benda tersebut dalam wadah tahan bocor (misalnya, botol plastik air
mineral atau botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah
yang terbuat dari bahan logam. Singkirkan sampah yang terkontaminasi dengan
cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kuburkan bersama wadahnya.
Sampah yang tidak terkontaminasi bisa dibuang ke dalam wadah sampah biasa.
Mengatur Kebersihan dan Kerapian
Pembersihan yang teratur dan seksama
akan mengurangi mikroorganisme yang ada pada bagian permukaan benda-benda
tertentu dan menolong mencegah infeksi dan kecelakaan.
Ingat hal-hal berikut untuk mengatur kebersihan dan kerapian:
Ingat hal-hal berikut untuk mengatur kebersihan dan kerapian:
1.
Pastikan selalu tersedia ember larutan pemutih (klorin
0,5%) yang belum terpakai
2.
Gunakan disinfeksi yang sesuai untuk membersihkan
peralatan yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh (stetoskop,
Pinnards, Doppler, termometer, inkubator) di antara pemakaian, terutama sekali
di antara ibu atau bayi yang berbeda
3.
Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang
bersih, steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan
alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi
4.
Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan
klorin 0,5% pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain
5.
Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam
kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu
6.
Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan
troli prosedur, segera seka permukaan bagian-bagian peralatan tersebut dengan
kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen
7.
Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek
menggunakan klorin 0,5%
8.
Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu.
Seka lantai, dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen
9.
Ikuti pedoman kebersihan dan kerapian:
a. Bersihkan
dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat dihilangkan
b. Selalu
gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga
c. Seka dan
gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setiap setelah digunakan
d. Tempelkan
petunjuk khusus kebersihan di unit tertentu pada area yang mudah dilihat/
dibaca. Cantumkan secara rinci dan jelas tentang apa dan seberapa sering
pedoman kebersihan dilaksanakan dan minta staf ikut bertanggung jawab untuk
mengatur kebersihan dan kerapian. Buat daftar tilik prosedur rutin kebersihan
dan kerapian
e. Bersihkan
sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam vertikal untuk
mencegah penumpukan debu
f. Jika dinding
atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan dengan larutan klorin 0,5%.
E. Pertimbangan-pertimbangan
Mengenai PI di Luar Institusi
Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di luar institusi, yaitu di
rumah, klinik bersalin swasta, polindes atau puskesmas. Jika berlangsung di
rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah
yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur. Bagian berikut ini
akan membahas beberapa perubahan dan pemikiran tindakan-tindakan PI (pencegahan
infeksi) dalam beberapa situasi tertentu.
a.
Cuci tangan
Pastikan bahwa teman dan anggota keluarga mencuci
tangan mereka.
Jika sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat
tinggi tidak tersedia, gunakan sarung tangan yang bersih.
Gunakan penghalang atau pelindung untuk mencegah darah
atau cairan tubuh terpercik ke mata atau mulut. Kacamata yang murah bisa
digunakan sebagai pelindung mata apabila tidak tersedia kacamata khusus. Jika
barier protektif atau perlindungan tidak tersedia, hindarkan berbagai
kemungkinan terkontaminasi atau terpercik bahkan berbahaya. Jika kulit atau
mukosa terpercik darah atau cairan tubuh maka lakukan pencucian dan pembilasan dengan
segera.
Terapkan prinsip untuk menjaga daerah steril dengan
menjaga benda-benda terkontaminasi atau kotor agar jauh dari benda-benda bersih
atau disinfeksi tingkat tinggi. Pastikan bahwa semua peralatan yang ada dalam
partus set dan peralatan menjahit serta benda-benda lain yang mungkin kontak
dengan jaringan di bawah kulit telah didisinfeksi tingkat tinggi atau upayakan
agar tersedia peralatan yang steril.
Hati-hati dengan peralatan tajam; jangan tertinggal di
rumah pasien setelah menolong persalinan. Gunakan botol plastik tertutup atau
wadah yang memadai untuk menampung benda tajam yang telah digunakan. Botol kaca
berpenutup dapat sebagai wadah untuk menampung benda tajam yang didekontaminasi
dengan larutan klorin 0,5%.
Termpatkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tembikar dan instruksikan kepada keluarga bagaimana menguburkannya. Cuci secara
terpisah linen yang terkontaminasi oleh darah dari linen lainnya, kemudian
jemur di terik matahari. Bakar atau kubur sampah terkontaminasi lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan ketahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,
keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan
menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Juga upaya-upaya untuk menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi
mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan cara pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
Tujuan utama pencegahan infeksi adalah untuk mencegah infeksi serius
pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di
banyak negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan akibat hepatitis
telah mengubah secara dramatik fokus pencegahan infeksi. Karena HIV dan
hepatitis makin sering terjadi, resiko terinfeksi penyakit-penyakit tersebut
juga akan semakin meningkat.
1. Cuci tangan
B. Saran
Demi
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan mendatang, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
a. Sebaiknya
setelah menggunakan alat kesehatan segeralah melakukan dekontaminasi,pencucian
atau pembilasan, desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi.
b. Tenaga
kesehatan harus benar – benar memastikan bahwa alat kesehatan yang akan dipakai
sudah steril, agar tidak ada korban yang terjangkit penyakit menular akibat
kelalaian tenaga kesehatan.
c. Selain dapat
menstrerilkan alat kesehatan dari mikroorganisme berbahaya, tenaga kesehatan
juga harus dapat merawat alat kesehatan dengan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar