MANAJEMEN
ASUHAN KESEHATAN PADA BY Ny A DENGAN LABIOSKIZIS DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb
TANGGAL 9 NOVEMBER 2014
DISUSUN
O
L
E
H
HENDRIYANI
NIM 13211350
DOSEN
PEMBIMBING: DIAN FEBRIDA SARI S.Si.T
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI D II KEBIDANAN
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita
dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta
salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami mengucapkan
terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak,
berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Labioskizis pada Neonatus,Bayi dan Balita”
ini dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah Asuhan Neonatus bayi dan balita,dimna sumber materi
diambil dari buku-buku yang relevan guna menunjang keakuratan materi yang
nantinya akan disampaikan.
Dalam menyusun makalah ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Padang,
Januari 2015
penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar
belakang.................................................................................................. 1
1.2
Tujuan penulisan............................................................................................... 2
1.3 Manfaat
penulisan............................................................................................ 2
BAB
II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Labioskizis.......................................................................................... 3
2.2
Klasifikasi ........................................................................................................ 4
2.3
Etiologi ............................................................................................................ 5
2.4
Patofisiologis ................................................................................................... 6
2.5
Tanda dan Gejala.............................................................................................. 6
2.6
Komplikasi........................................................................................................ 7
2.7
Penatalaksanaan................................................................................................ 8
2.8
Perawatan ........................................................................................................ 11
2.9
Pengobatan ...................................................................................................... 12
2.10 Asuhan
kebidanan
BAB
III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 14
BAB
IV PEMBAHASAN........................................................................................
BAB
V PENUTUP....................................................................................................
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................
5.2 Saran
................................................................................................................
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan
balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan
yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak
diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya
adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani,
obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni,
meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu
kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah “Labioskizis”.
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan
salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%,
labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini
ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin
disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada
periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah
terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
tentang kelainan kongenetal pada Neonatus, bayi dan balita mengenai
Labioskizis.
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Untuk
mengetahui definisi dari Labioskizis pada bayi baru lahir
2. Untuk
mengatispasi adanya labioskizis pada bayi baru lahir
3. Mengetahui
asuhan yang akan diberika bada bayi baru lahir dengan labioskizis
4. Melakukan
tindakan segera pada bayi baru lahir dengan labioskizis
1.3 Manfaat
Penulisan
1. Diharapkan
makalah Asuhan neonatus dengan labioskizis dapat memberikan ilmu pengetahuan
dan keterampilan dasar bagi tenaga kesehatan.
2. Diharapkan
dengan adanya makalah Asuhan neonatus dengan labioskizis dapat mencegah
terjadinya kasus yang sama sehingga mengurangi AKB di indonesia dan memudahkan
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada bayi dengan labioskizis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Labioskizis adalah kelainan
congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir,
rahang dan palatum anterior. (sumber :
Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita, 2010).
Labioskizis adalah suatu kelainan yang
terjadi pada daerah mulut akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang
maksila dan premaxsila) untuk menyatu selama perkembangan embrio.(Dwe
Maryati,S.SiT,Sujianti,S.SiT,Tri Budiarti,SST 2011)
Laboiskizis adalah kelainan kontak
palatine(bagian depan serta samping muka yang tidak menutup dengan sempurna.(Ai
Yeyeh Rukiyah,S.Si.T,MKM,Lia Yulianti,Am.Keb,MKM,2012)
Labioskizis dan labiopalatokizis
merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan
yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian
kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu. (
Dewi, 2010).
Labioskizis adalah merupakan
kelainan konginetal anomali yang berupa adanya kelaianan bentuk pada struktur
wajah.(Suriadi,SKp,MSN dan Rita Yuliani,SKp,M.Psi).
2.2 Klasifikasi
Jenis belahan
pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai
salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum molle.
Suatu
klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian
berikut:
1.
palatum primer
meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen
insisivum.
2.
palatum
sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3.
suatu belahan
dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder
dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4.
terkadang
terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan
mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
a.
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan
akan dua hal yaitu :
1)
Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
a)
Celah di bibir
( labioskizis )
b)
Celah di gusi (
gnatoskizis )
c)
Celah di langit
( palatoskizis )
d)
Celah dapat
terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit langit ( labiopalatoskizis)
2)
Berdasarkan lengkap/tidaknya
celah terbentuk:
a)
Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi
hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
b)
Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang
terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c)
Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di
kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke hidung.
2.3 Etiologi
Penyebab
terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut:
1.
Kelainan-kelainan
yang dapat menimbulkan hipoksia.
2.
lingkungan Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu
mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
3. Faktor keturunan. Dimana material
genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adanya
mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22 ) dan
1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada
penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3
untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total
kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan
frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
4.
Kurang Nutrisi
contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekuranganasam
folat.
5.
Terjadi trauma pada
kehamilan trimester pertama.
6.
Infeksi pada ibu yang
dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi rubella dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
7.
Syndrome atau
malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya
disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non
syndromik clefts.
8.
Beberapa
syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit
13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan
akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi
rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
9. Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah
genetik dan pengaruh.
2.4 Patofisiologi
Labioskizis
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior.
Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.
Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
2.5
Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir
sumbing yaitu :
1.
Terjadi pemisahan langit-langut
2.
Terjadi pemisahan bibir
3.
Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4.
Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5.
Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika
menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik daerah wajah. Labioskizis dapat terjadi dalam beberapa
derajat malforasi, mulai dari takik ringan pada tepi bibir dikanan/kiri garis
tengah, hingga sumbing lengkap menjalar sampai ke hidung. Terdapat variasi
lanjutan yang melibatkan sumbing palatum.
Labipalatoskizis merupakan
deformitas yang dibedakan menjadi 4 tingkatan/ derajat yaitu derajat 1 (sumbing
palatum mole) derajat 2 (sumbing palatum durum dan mole), derajat 3 (derajat
unilateral total) dan derajat 4 (sumbing bilateral total). Bayi yang mengalami
labiopalatoskizis sering mengalami gangguan makan dan bicara. Regurgitasi
makanan dapat menimbulkan masalah pernafasan, iritasi paru dan infeksi
pernafasan kronis. Pembedahan umum sebelum anak mulai berbicara, pembedahan
ulang pada usia 15 bulan.
Sumbing bibir (labioskizis) tidak
banyak gangguan dan bayi masih bisa minum dengan dot. Sumbing palatum
(palatoskizis) sering menumbulkan bayi sukar minum, bahaya tersedak yang dapat
menyebabkan terjadinya aspirasi, infeksi pernafasan dan gangguan pertumbuhan.
2.6 Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti
bibir sumbing ada beberapa komplikasi, yaitu :
1.
Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing
dan jika diikuti dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada
bayi bibir sumbing. Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita
labioskizisdan labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis
memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau
dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin dapat
meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan
adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioskizis tidak
sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat
menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus mungkin dapat membantu proses
menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga dapat
membantu. Bayi yang hanya menderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis
biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya
membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat
keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan
labiopalatoskizis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ atau asupan makanan
tertentu.
2.
Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan
baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika
tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran. Anak dengan
labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang
mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3.
Kesulitan berbicara misalnya suara sengau. Otot-otot
untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat
mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya. Pada bayi dengan
labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan
otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mmole tidak dapat menutup
ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas
nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech).
Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot tersebut diatas
untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat
kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi
suara atau kata “p, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch”, dan terapi bicara (speech
therapy) biasanya sangat membantu.
4.
Masalah gigi, pada celah bibir gigi tumbuh tidak
normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus.
Anak yang lahir dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai
masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi
dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing
adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan,
dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran
napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi
bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi
minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar
leukosit minimal 10.000/ui.
Ada tiga tahap penatalaksanaan
labioschisis yaitu :
1.
Tahap sebelum operasi
Pada tahap
sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan
operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang
dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten
meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari
10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten
ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan
komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus
dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri
dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi
tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup,
jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum
dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak
untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.
Selain itu celah pada bibir harus
direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar
celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang
menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat
dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi
pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang
didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan
sampai waktu operasi tiba.
2.
Tahap sewaktu operasi
Tahapan
selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa
diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (
labioplasty ) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa
bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari
usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau
dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi
untuk langit-langit ( palatoplasty ) optimal pada usia 18 – 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty
dilakukan sedini mungkin ( 15-24 bulan ) sebelum anak mulai bicara lengkap
sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi
dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan
suara normal atau tidak sengau sulit dicapai. Operasi yang dilakukan sesudah
usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika
tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak
sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi
memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (
gnatoschizis ) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi
dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli
ortodonsi.
3.
Tahap setelah operasi.
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah
operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang
dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada
orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi
dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan
minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah
melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan
kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap
terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna,
tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.
2.8 Perawatan
1. Menyusu ibu
2. Menyusu
adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing
tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan susu dan memberikannya kepda bayi dengan menggunakan botol setelah
dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
3. Menggunakan alat khusus, seperti :
a.
Dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang
besar) yaitu suatu dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing udara bocor
disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, atau hanya dot biasa
dengan lubang besar.
b.
Dapat juga diberikan dengan menggunakan botol peras,
dengan cara memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang
mulut hingga dapat dihisap bayi.
c.
Ortodonsi, yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitif.
d.
Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung
menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi, kemudian bayi ditepuk-tepuk pada
punggungnya berkali-kali secara lembut untuk mengeluarkan udara/bayi
disendawakan, dikarenakan bayi dengan sumbing pada bibirnya cenderung untuk
menelan banyak udara. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur,
kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung, hal ini suatu
kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini
terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit
yang lembut tersebut untuk sembuh.
2.9
Pengobatan
Pada bayi dengan bibir sumbing
dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi
waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 minggu,
BB > 10 pon/5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
Tindakan operasi selanjutnya adalah
menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum
anak mampu bicara lengkap sehingga tindakan operasi penambahan tulang
pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur
pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17
tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe”
yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada
bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang
lebih baik.
Anak dengan kondisi ini membutuhkan
terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan bicara,
perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi
pola bicara secara permanen.
1)
Prinsip Perawatan Secara
Umum
Pada saat lahir diberikan bantuan
pernapasan dan pernapasan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu
masuknya makanan kedalam lambung. Anak setelah berumur 1 minggu dibuatkan
feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan,
atau dengan pemberian dot khusus. Setelah anak berusia 3 bulan dilakukan
labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telinga. Umur 18 bulan – 2 tahun dilakukan palathoplasty, tindakan
operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
2.10
Asuhan Kebidanan
1.
Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta
keluarga.
2.
Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting
harus dilakukan saat ini adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan
yang adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.
3.
Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya
utuh, izinkan bayi berupaya menyusu.
4.
Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah
lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu
minggu untuk memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.
5.
Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir
sumbing,berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan
alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
6.
Jika bayi memiliki celah palatum, berikan perasan ASI
dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif (menggunakan
sendok atau cangkir).
7.
Ketika bayi makan dengan baik dan mengalami penambahan
berat badan,rujuk bayi ke rumah sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika
memungkinkan untuk pembedahan guna memperbaiki celah tersebut.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “A” DENGAN
LABIOSKIZIS HARI 1 DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9 NOVEMBER 2014
I.
Pengumpulan Data
A. Identitas
Nama
bayi : By. D
Umur
bayi : 6 jam
Tanggal/jam lahir : 09 November 2014
Jenis
kelamin :
Perempuan
Orang tua
Nama
Ibu :
Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur
:
22 th
Umur
: 24 th
Suku :
Jawa
Suku
: Jawa
Agama
:
Islam Agama
: Islam
Pendidikan :
D3
Pendidikan :
S1
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah :
Perum III Alamat Rumah : Perum III
Telp
:
-
Telp
: -
Alamat Kantor :
-
Alamat Kantor :
Jakarta
Telp
:
-
Telp
: -
B. Anamnesa (Data Subjektif)
Pada
tanggal : 09 November 2014 pukul :
08.00 wib
1. Keluhan
: Ibu mengatakan
bayinya sulit menyusu,dan ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya
2.
Riwayat kehamilan
a.
Pemeriksaan selama kehamilan
Trimester
I : Frekuensi : tiga
kali, oleh : bidan
Keluhan
: Mual dan muntah yang berlebihan pada 3 bulan pertama.
Trimester II :
Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Trimester III :
Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan
: Nyeri pinggang, sejak usia kehamilan 9 bulan hanya diberi konseling
(istirahat cukup)
b. Riwayat Penyakit Kehamilan
a) Perdarahan : tidak ada
b) Pre-eklampsi : tidak ada
c) Eklampsi : tidak ada
d) Penyakait
kelamin :
tidak ada
e) Lain-lain : tidak ada
c. Kebiasaan Sewaktu Hamil
a) Makan
sehari-hari :Ibu makan 3x sehari
dengan nasi,
lauk, sayur , buah. ( kadang minum susu )
b) Obat-obatan/jamu
:Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
atau jamu kecuali obat dari bidan ( fe,
kalk)
c) Merokok :Ibu tidak merokok
d) Minuman alkohol :Ibu tidak mengkonsumsi minuman alkohol
e) Lain-lain :tidak ada pantangan dan larangan selama kehamilan.
3. Riwayat Persalinan
Sekarang
a. Jenis
persalinan : Normal
b.
Penolong persalinan : Bidan
c.
Lama persalinan :± 8
jam 15
menit
d. Ketuban
pecah :
spontan warna :
jernih
Bau
Jumlah : ± 500cc
e.
Plasenta
: utuh
f. komplikasi persalinan
Ibu
: tidak ada
Bayi : tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir
Berat badan : 3200 gram
Panjang
badan : 51 cm
Caput
sucedanium : tidak ada
Cepal
hematoma : tiak ada
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi : 130 x/menit, teratur
Pernafasan : 46 x/menit, teratur
Suhu :
36,7ºC
2. Pemeriksaan antropometri
Berat badan lahir :
3200 gram
Berat badan saat ini : 3200 gram
Panjang
badan : 51 cm
Lingkar
kepala : 32 cm
Lingkar
dada : 33 cm
Lingkar lengan atas : 12 cm
3,Pemeriksaan khusus
a.
Inspeksi
Kepala
Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada
kulit kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput suksedenum,
cepal hematoma, terdapat pontanel anterior berbentuk belak ketupat dan pontanel
posterior berbentuk segitiga, sutura tidak menyatu dan tidak ada molase.
Muka
Muka tampak simetris dan tidak ada
kelainan.
Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak
simetris, tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada dengan ukuran yang
sama gerakan bola mata acak dan tidak sama (strabismus), tidak ada glukoma
kongenital, katarak kongenital, sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil
dengan ukuran sama dan reaksi terhadap cahaya baik, terdapat 2 alis mata dan
terpisah.
Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga
normal, pendengaran baik dengan
merespon bunyi atau suara.
Hidung
Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami
pernafasan cuping hidung.
Mulut
Bibir tampak tidak simetris, tidak ada bercak pada
mukosa mulut, mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas
bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah di bibir sebelah
kiri.
Leher
Tampak pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak ada
selaput, tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis, pergerakan
tidak terbatas atau bebas.
Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen
bergerak bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada praktur klapikula, puting susu
terbentuk dengan baik, menonjol simetris kanan dan kiri, bunyi nafas tidak
terdengar wheexing dan ronchi, bunyi jantung tajam jelas dan terdengar tunggal
di bunyi jantung I dan II dan tidak terdengar murmur.
Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada praktur
klavikula, dan praktur humerus, kedua lengan sama panjang, tidak ada
polidaktili dan sidaktili.
Abdomen
Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada
abdomen, tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, tidak
teraba masa dan distensi, tali pusat tampak di ikat dengan benang, tidak
terjadi penonjolan disekitar tali pusat saat bayi menangis, tidak mengalami
bengkak, tidak bernanah, tidak berbau.
Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2
lubang yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
Kaki dan tungkai
Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris,
jari kaki tidak polodaktili dan sidaktili.
Punggung
Tulang
punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan meningokel.
Anus
Berlubang pada posisi normal
Kulit
Warna kulit
bayi merah, terdapat vernix caseosa berwarna keputihan, dan tidak berbau,
tampak lanugo disekitar bahu, daun telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan
dan bercak hitam, tidak ada tanda lahir.
b.
Reflex
Refleks rooting : Baik, bidan
melakukan reflex rooting dengan menyentuh sudut mulut pada bagian pipi
bayi dengan salah satu jari tangan, bayi memberi reaksi dengan menoleh kea rah
stimulus dan membuka mulutnya.
Reflex sucking dan swallowing : Ada masalah , bidan
memperhatikan hisapan bayi dan reflex menelan, bayi sulit untuk menghisap
tetapi menelan dengan baik, bidan membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan
posisi yang benar dan ibu menekan sedikit payudara agar bayi lebih mudah
mendapatkan asi.
Refleks tonick neck : Baik, bidan
melakukan reflex tonick neck dengan memiringkan kepala bayi kearah kiri dengan
reaksi bayi ingin menoleh kesamping kanan, tangan kiri bayi lurus dan dan kaki
kanan bayi menekuk.
Refleks graphs : Baik, bidan melakukan reflex graphs dengan meletakkan
salah satu jari telunjuk kepada tangan bayi, bayi memberi reaksi dengan
menggenggam dengan kuat
Refleks moro : Baik, bidan melakukan refleks moro dengan
menyangga punggung bayi dengan posisi 45 derajat, kemudian kepala dijatuhkan 10
derajat, bayi memberi reaksi dengan kaget terlihat dari tangan bayi membentuk
huruf C dan terlihat kaget dari ekspresi wajah bayi.
c.
Antropomerti
PB :51
cm
LK :32
cm
LD :33
cm
LILA :13
c m
d.
Eliminasi
Miksi
: sudah, tanggal/pukul :9-11-2014/09.00WIB
Warna :
Jernih Volume :
±5cc
Lain-lain : Tidak ada
Mekonium
:sudah,tanggal/pukul :
9-11-2014/09.00 WIB
Warna : Kehitaman
Konsistensi : Encer
Lain-lain : Tidak ada
e.
Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI Ny
“A” DENGAN LABIOSKIZIS HARI 1 DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9 NOVEMBER
2014
Hari / Tanggal :Sabtu , 9 November 2014
Pukul : 08.30 WIB
Tempat : BPS
Pengkajian data
A.
Identitas
a) Biodata
Bayi
Nama : By. D
Tanggal
Lahir : 9 November 2014
Jenis kelamin : Perempuan
BB Lahir : 3200 grm
PB Lahir : 51 cm
b) Biodata
Orangtua
Nama
Ibu :
Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 22 th
Umur
: 24 th
Suku :
Jawa
Suku
: Jawa
Agama :
Islam Agama
: Islam
Pendidikan :
D3
Pendidikan :
S1
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Perum III
Alamat Rumah :
Perum III
1.
Data Subjektif (S)
a.
Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6
jam yang lalu.
b.
Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya.
c.
Ibu mengatakan bayi nya sulit menyusu.
d.
Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin perempuan , menangis
kuat saat lahir dan ada kelainan pada bibir atas bayi.
e.
Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.
2.
Data Objektif (O)
a.
Keadaan umum bayi tidak baik.
b.
Tanda-tanda vital :
a)
Nadi :
130 x/menit
b)
Pernapasan : 30 x/menit
c)
Suhu :
36,7°C
c.
Pemeriksaan kepala :
a)
Anemia :
Tidak ada
b)
Ikterus :
Tidak ada
c)
Sianosis : Tidak ada
d)
Mulut :Bibir
tampak tidak simetris kiri dan kanan,platum utuh,bibir kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu,dan terdapat celah di
bibir bagian kiri
e)
Mata
:simetris kiri dan
kanan,dan sclera tidak ikterik.
f)
Hidung
:simetris kiri dan kanan, dan
tidak mengalami pernafasan cuping hidung.
d.
Pemeriksaan Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena junggularis.
e.
Pemeriksaan Dada :
Dada simetris
kiri dan kanan, tidak ada retraksi pada dada.
f.
Pemeriksaan Abdomen :
Perut tampak bulat, tidak tampak
tonjolan pada abdomen,gerakan bersamaan dengan gerakan dada, dan tidak ada
tnada –tanda infeksi pada tali pusat.
g.
Pemeriksaan
Genetalia :
Labia mayora sudah menutupi labia
minora.
h.
Pemeriksaan Ekstremitas Atas :
Simetris kiri dan kanan,tidak
sianosis,tidak polidaktili dan sidaktili.
i.
Pemerikasaan
Ekstremital bawah :
f.
Pemeriksaan Neurologis :
Reflek bayi Rooting , Sucking, Tonik
neck , Graphs , Moro positif (+).
g.
Pemeriksaan Laboratorium :
h.
Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan.
3.
Assesment (A)
Bayi Ny. A
usia 1 hari keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dalam batas normal , dengan kelainan bawaan Labioskizis.
4.
Planning (P)
a.
Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan yang dilakukan kepada bayinya.
Tanda-tanda vital
1.Nadi : 140 x/menit
2.Pernapasan : 30 x/menit
3.Suhu : 36,7°C
Evaluas : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
b.
Menberitahu
ibu dan keluarga tentang kelainan yang terjadi pada bayinya.
Evaluasi :
Ibu dan keluarga mengerti tentang kelainan yang dialami oleh bayi mereka.
c. Menberitahukan ibu dan keluarga
tantang penyebab kelainan yang terjadi pada bayi tersebut.
Evaluasi
:ibu dan keluarga mengerti apa penyebab kelainan yang dialam oleh bayi mereka.
d. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI yang adekuat kepada
bayinya.dengan cara menggunakan dot domba.
Evaluasi :
ibu mengerti dan mu melaksanankan anjuran bidan.
e.
Memberitahukan
kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya akan dilakukan operasi setelah keadaan
bayi baik dan BB minimal 10 one bayi sudah meningkat.
Evaluasi :
ibu mengerti dan mau melaksanankan anjuran bidan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas bayi mengalami
kelainan kongenetal yaitu Labioskizis pada usia 0 hari dan bayi dilahirkan
aterem. Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran
dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%,
labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini
ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Pada kasus
ini bayi mengalami kelainan kongenetal karena adanya riwayat kelainan bawaan yaitu ayah bayi tersebut
mengalami labioskizis . Jadi bayi Ny A tersebut mengalami kelainan bawaan
karena ayah bayi tersebut mengalami kelainan labioskizis. Saat dilakukan
pemeriksaan oleh bidan tanda – tanda fital bayi dalam keadaan normal , tetapi
saat dilakukan pemeriksaan fisik terlihat mulut bayi tidak simetris kiri dan
kanan , bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat
celah di bibir sebelah kiri.
Pada saat
dilakukan anamnesa ibu mengalami riwayat kehamilan yaitu :
Pada trimester I ibu mengalami Keluhan : Mual dan
muntah yang berlebihan atau Hiperemesis Gravidarum pada 3 bulan pertama. Sehingga kebutuhan
nutrisi untuk pertumbuhan janin pada Trimester pertaman tidak terpenuhi dengan
baik sehingga pertumbuhan dan perkembangan embrio tidak berjalan dengan baik.sehingga
menyebabkan bayi mengalami gangguan perkembangan yaitu bibir kiri dan kanan
bayi tidak menyatu dengan sempurnan
atau disebut dengan labioskizis atau
bibir sumbing.
Penanganan untuk bibir sumbing
adalah dengan cara operasi. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan
operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan
bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar
leukosit minimal 10.000/ui.
Jika bayi tidak dioperasi maka bayi
akan kesulitan makan dan berbicara nantinya. Berikan dukungan emosional dan
tenangkan ibu beserta keluarga.
Jelaskan kepada ibu bahwa hal penting yang harus
dilakukan saat ini adalah memberi ASI kepada bayi yang adekuat sampai operasi yang
akan dilakukan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Labioskizis adalah kelainan congenital
sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris
dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan
palatum anterior.
Penyebab terjadinya labioskizis adalah
keturunan,kekurangan nutrisi saat hamil,terjadi trauma pada kehamilan,ibu
mengalami infeksi selama hamil.
Tanda dan geala bayi mengalami labioskizis
adalah bibir bayi terlihat tidak menyatu,dan bayi kesulitan dalam menyusui.
Penanganan untuk bibir sumbing adalah
dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan
berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan
sistemik.
5.2 Saran
Karena labioskizis merupakn kelainan
bawaan yang dialami bayi jadi penatalaksanananya sama dengan bayi normal tetapi
harus menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan bayi dan menyarankan kepada
orang tua untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya.setelah kondisi bayi baik
lakukan rujukan untuk dilakukannya operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Maryatanti, Dwi., Tri Budiarti, “Buku
Ajar Neonatus, Bayi dan Balita”, 2011, Trans Info Media, Jakarta.
Rukiyah,
Ai Yeyeh., Lia Yulianti, “Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita”, 2012,
Trans Info Media,
Jakarta.
Suriadi,Rita Yuliani., “Asuhan
Keperawatan Pada Anak’’,
2010, CV Sagung Seto,Jakarta.
Nanny,Vivian.,
Lia Dewi, “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita’’, 2010, Salemba Medika,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar